Apa manfaat jaringan informasi bagi pertanian? Yakni, menyediakan sejumlah informasi penting untuk membangun sektor pertanian.
Satu pertanyaan yang kerap mengusik petani kita adalah kenapa harga sering tidak memihak mereka? Jawaban umum adalah karena terjadi excess suplly (kelebihan persediaan). Atau, total persediaan lebih besar dari total permintaan. Semakin besar selisihnya, maka semakin murah barang yang ditawarkan. Keadaan itu memaksa para petani berlomba-lomba menurunkan harga agar barang terjual.
Masalahnya adalah kenapa terjadi kelebihan persediaan? Bagaimana mungkin petani bahkan pakar ekonomi pertanian sekali pun tahu, kalau data tidak tersedia? Oleh karena itulah, salah satu tujuan jaringan informasi adalah untuk menghindari terjadinya kelebihan persediaan. Teori ekonomi menyatakan, salah satu syarat agar tercapai tingkat keseimbangan harga (price equilibrium) adalah menghitung jumlah produk yang dikonsumsi masyarakat. Tidak usah terlalu ideal seperti tertulis di dalam textbook. Paling tidak, tersedia data yang mendekati angka sebenarnya.
Berapa banyak, misalnya tomat, kol, dan kentang dikonsumsi oleh masyarakat? Informasi diperlukan sebagai bahan rujukan bagi petani untuk bertanam. Biasanya yang terjadi adalah ketika harga suatu komoditas pertanian melambung, para petani berlomba-lomba menanamnya. Mudah sekali meramalkan akibatnya. Harga dipastikan turun karena pasokan berlimpah.
Jaringan informasi untuk petani dilakukan dengan kerja sama antar daerah, khususnya yang memiliki sentra-sentra pertanian. Kenapa? Agar terhindar dari masalah persediaan berlimpah mengingat beberapa daerah menghasilkan komoditi pertanian yang relatif sama. Kerja sama melalui jaringan informasi diharapkan pula sebagai media untuk saling berbagi pengalaman.
Disisi lain, hasil produksi petani tergantung sekali dengan lokasi yang berhubungan dengan cuaca, kondisi tanah, dan kondisi alam lainnya. Mereka sangat membutuhkan informasi pertanian yang terbaru, tetapi kendala yang muncul adalah tenaga penyuluh pertanian umumnya punya keterbatasan, antara lain banyak yang tidak mengenal lokasi dan petunjuk pertaniannya-pun juga merujuk ke aturan baku pertanian tanpa melihat muatan lokal. Kendala lainnya yang berhubungan dengan penyampaian informasi adalah petani umumnya berpendidikan rendah-menengah, kadang-kadang masih ada yang buta huruf, dan masih gagap dengan teknologi terkini.
Bagaimana jaringan informasi ideal dibuat? Melalui pengadaan internet disejumlah kantor kecamatan yang representatif mungkin akan sangat membantu. Metode kerjanya yaitu informasi-informasi yang diperoleh pihak kecamatan (misalnya, pemda dan Departemen Pertanian) disalurkan melalui kantor-kantor kepala desa hingga mencapai para petani. Melalui penyuluhan (tatap muka) adalah cara terbaik mengingat sebagian besar SDM petani kita masih rendah. Kita patut menyambut gembira rencana pemerintah untuk menghidupkan kembali fungsi Petugas Penyuluh Lapangan.
Peranan PPL yang selama ini kurang dirasakan petani semestinya dapat dimanfaatkan dalam hal ini. Khususnya Departemen Pertanian dan pemda harus proaktif dalam menyediakan informasi-informasi untuk petani. Jangan lagi diam menunggu bola. Dengan kata lain, informasi-informasi untuk petani terus disediakan dan disosialisaikan. Entah bagaimana caranya, yang penting petani harus mengetahuinya.
Seperti yang sudah diterapkan di Negara Jepang, formulasi penyebaran informasi sebagai promosi, mengawali kegiatan penyuluhan dan komunikasi inovasi teknologi, bertumpu pada penggunaan komputer dan teknologi informasi yang lebih efektif dan efisien. Materi informasinya bukan hanya inovasi teknologi, tetapi juga inovasi kelembagaan, metode penyelenggaraan penyuluhan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya. Dengan perangkat teknologi informasi ini, para Pemandu Penyuluhan petanian dapat dengan cepat mempertukarkan informasi spesifik lokasi ke wilayah pengembangan lainnya. Perangkat yang digunakan berkembang seiring waktu. Jika pada tahun 1975 sebagai awal penerapannya menggunakan “Surat Berantai” (Snail Letter), maka pada tahun 1985 beralih dengan menggalakkan penggunaan faximili, dan sejak tahun 1990 diramaikan dengan penggunaan jaringan komunikasi personal yang diberi nama Nilai Tambah Jaringan Kerja Penyuluhan (Fukyu/Extension Value Added). Jaringan komunikasi yang paling populer diterapkan pada tahun 2000 sampai saat ini, sistem ini diberi nama Jaringan Kerja Informasi Penyuluhan (Extension Information Network) atau disingkat El-Net, dipadukan dengan internet, home page, dan dioperasikan oleh Pusat Teknologi Informasi Jepang.
Bagaimana dengan Indonesia? Sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi, Departemen Pertanian melalui Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) telah mengembangkan jaringan informasi pertanian untuk pengelolaan dan pemanfaatan informasi pertanian dalam format digital di samping penyebaran informasi secara konvensional, khususnya bagi pengembangan pertanian lahan marjinal. Dengan demikian, pencarian informasi dapat dilakukan secara offline maupun online baik untuk download informasi maupun upload informasi. Penguatan jaringan global merupakan strategi pengelolaan sumber daya informasi yang sangat berkaitan dengan unsur sumber daya teknologi. Hal yang paling penting sebagai upaya untuk pengembangan pembangunan pertanian adalah akses terhadap teknologi yaitu melalui jaringan global (internet).
Pengembangan infrastruktur secara fisik sangat dibutuhkan untuk menunjang terbangunnya jaringan informasi pertanian. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan harus berorientasi pada kebutuhan inovasi teknologi dan pasar global. Pengembangan hardware dan software yang memadai ditunjang dengan penggunaan broad band untuk memudahkan akses ke internet dengan kecepatan tinggi perlu disiapkan. Pengembangan infrastruktur secara fisik perlu dibarengi dengan sistem total quality management, dimana setiap komponen yang terkait dengan jaringan informasi harus mengikuti standar-standar yang berlaku dan dilakukan evaluasi pada saat-saat tertentu.
Pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan sumber daya manusia yang telah dimiliki oleh daerah merupakan salah satu upaya untuk menghadapi tantangan belum optimalnya kualitas sumberdaya yang dimiliki daerah saat ini. Dalam era teknologi informasi ini, kegiatan pendidikan dan pelatihan harus diarahkan pada iklim yang kondusif untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengembangan sumber informasi pertanian berbasis web. Sumber daya manusia di bidang informatika, manajemen informasi, dan teknologi informasi perlu diperkuat. Dengan demikian unit pelayanan informasi pertanian yang akan dikembangkan benar-benar dapat membantu petani dalam akses informasi pertanian yang meliputi informasi pasar komoditi pertanian serta informasi teknologi pertanian.
Oleh karena itu, solusi yang bisa ditawarkan adalah membangun sistem informasi petani (SIP) dengan muatan lokal, sehingga dalam hal ini diperlukan peran-serta petani sendiri untuk memberikan pengalaman pertaniannya. Sebenarnya cukup dengan 3 menu utama yaitu Informasi Umum, Produk/komoditi, dan Pasar. Informasi umum bisa berisi tentang lokasi (desa,kecamatan,kab), penduduk, kelompok tani, potensi pertanian di daerah itu, peta lokasi dsb). Produk pertanian jumlahnya banyak dimana masing-masing produk mempunyai petunjuk teknis, permodalan/cash flow, mungkin ada sukses story. Semua informasi produk ini juga harus punya struktur yang rapi, misalnya setiap produk/komoditi cukup dengan petunjuk teknis pertanian dengan tahapan yang jelas, termasuk biaya yang dibutuhkan dan prakiraan hasil panen. Informasi pasar, juga bisa diupdate dengan cara pengiriman SMS.
Akan lebih baik dibangun sebuah SIP Center yang akan mengumpulkan SIP-SIP lokal, dimana SIP Center ini menjadi pusat data/website yang bisa diakses oleh semua user yang terhubung Internet (tidak hanya petani, tidak hanya user di suatu lokasi). Termasuk data harga pasaran produk/komoditi di pasar-pasar terdekat yang dikirimkan via SMS. Akhirnya dengan SIP Center ini kemungkinan besar akan bisa mendatangkan sendiri investor-investor pertanian yang bisa mengembangkan produk disuatu lokasi. Inilah nilai tambah yang harus ditanamkan kepada petani (yang memperkaya konten lokal website SIP), bahwa usaha mereka tidak sia-sia, makin lengkap maka makin banyak user yang melihat potensi mereka.
Sumber :
http://andi.stk31.com/sistem-informasi-petani-sebuah-ide.html
http://akangopick.blogspot.com/2009/01/potret-globalisasi-dunia-penyuluhan.html
http://indonesianic.files.wordpress.com/2008/08/petani-melek-iptek.gif
Satu pertanyaan yang kerap mengusik petani kita adalah kenapa harga sering tidak memihak mereka? Jawaban umum adalah karena terjadi excess suplly (kelebihan persediaan). Atau, total persediaan lebih besar dari total permintaan. Semakin besar selisihnya, maka semakin murah barang yang ditawarkan. Keadaan itu memaksa para petani berlomba-lomba menurunkan harga agar barang terjual.
Masalahnya adalah kenapa terjadi kelebihan persediaan? Bagaimana mungkin petani bahkan pakar ekonomi pertanian sekali pun tahu, kalau data tidak tersedia? Oleh karena itulah, salah satu tujuan jaringan informasi adalah untuk menghindari terjadinya kelebihan persediaan. Teori ekonomi menyatakan, salah satu syarat agar tercapai tingkat keseimbangan harga (price equilibrium) adalah menghitung jumlah produk yang dikonsumsi masyarakat. Tidak usah terlalu ideal seperti tertulis di dalam textbook. Paling tidak, tersedia data yang mendekati angka sebenarnya.
Berapa banyak, misalnya tomat, kol, dan kentang dikonsumsi oleh masyarakat? Informasi diperlukan sebagai bahan rujukan bagi petani untuk bertanam. Biasanya yang terjadi adalah ketika harga suatu komoditas pertanian melambung, para petani berlomba-lomba menanamnya. Mudah sekali meramalkan akibatnya. Harga dipastikan turun karena pasokan berlimpah.
Jaringan informasi untuk petani dilakukan dengan kerja sama antar daerah, khususnya yang memiliki sentra-sentra pertanian. Kenapa? Agar terhindar dari masalah persediaan berlimpah mengingat beberapa daerah menghasilkan komoditi pertanian yang relatif sama. Kerja sama melalui jaringan informasi diharapkan pula sebagai media untuk saling berbagi pengalaman.
Disisi lain, hasil produksi petani tergantung sekali dengan lokasi yang berhubungan dengan cuaca, kondisi tanah, dan kondisi alam lainnya. Mereka sangat membutuhkan informasi pertanian yang terbaru, tetapi kendala yang muncul adalah tenaga penyuluh pertanian umumnya punya keterbatasan, antara lain banyak yang tidak mengenal lokasi dan petunjuk pertaniannya-pun juga merujuk ke aturan baku pertanian tanpa melihat muatan lokal. Kendala lainnya yang berhubungan dengan penyampaian informasi adalah petani umumnya berpendidikan rendah-menengah, kadang-kadang masih ada yang buta huruf, dan masih gagap dengan teknologi terkini.
Bagaimana jaringan informasi ideal dibuat? Melalui pengadaan internet disejumlah kantor kecamatan yang representatif mungkin akan sangat membantu. Metode kerjanya yaitu informasi-informasi yang diperoleh pihak kecamatan (misalnya, pemda dan Departemen Pertanian) disalurkan melalui kantor-kantor kepala desa hingga mencapai para petani. Melalui penyuluhan (tatap muka) adalah cara terbaik mengingat sebagian besar SDM petani kita masih rendah. Kita patut menyambut gembira rencana pemerintah untuk menghidupkan kembali fungsi Petugas Penyuluh Lapangan.
Peranan PPL yang selama ini kurang dirasakan petani semestinya dapat dimanfaatkan dalam hal ini. Khususnya Departemen Pertanian dan pemda harus proaktif dalam menyediakan informasi-informasi untuk petani. Jangan lagi diam menunggu bola. Dengan kata lain, informasi-informasi untuk petani terus disediakan dan disosialisaikan. Entah bagaimana caranya, yang penting petani harus mengetahuinya.
Seperti yang sudah diterapkan di Negara Jepang, formulasi penyebaran informasi sebagai promosi, mengawali kegiatan penyuluhan dan komunikasi inovasi teknologi, bertumpu pada penggunaan komputer dan teknologi informasi yang lebih efektif dan efisien. Materi informasinya bukan hanya inovasi teknologi, tetapi juga inovasi kelembagaan, metode penyelenggaraan penyuluhan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya. Dengan perangkat teknologi informasi ini, para Pemandu Penyuluhan petanian dapat dengan cepat mempertukarkan informasi spesifik lokasi ke wilayah pengembangan lainnya. Perangkat yang digunakan berkembang seiring waktu. Jika pada tahun 1975 sebagai awal penerapannya menggunakan “Surat Berantai” (Snail Letter), maka pada tahun 1985 beralih dengan menggalakkan penggunaan faximili, dan sejak tahun 1990 diramaikan dengan penggunaan jaringan komunikasi personal yang diberi nama Nilai Tambah Jaringan Kerja Penyuluhan (Fukyu/Extension Value Added). Jaringan komunikasi yang paling populer diterapkan pada tahun 2000 sampai saat ini, sistem ini diberi nama Jaringan Kerja Informasi Penyuluhan (Extension Information Network) atau disingkat El-Net, dipadukan dengan internet, home page, dan dioperasikan oleh Pusat Teknologi Informasi Jepang.
Bagaimana dengan Indonesia? Sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi, Departemen Pertanian melalui Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) telah mengembangkan jaringan informasi pertanian untuk pengelolaan dan pemanfaatan informasi pertanian dalam format digital di samping penyebaran informasi secara konvensional, khususnya bagi pengembangan pertanian lahan marjinal. Dengan demikian, pencarian informasi dapat dilakukan secara offline maupun online baik untuk download informasi maupun upload informasi. Penguatan jaringan global merupakan strategi pengelolaan sumber daya informasi yang sangat berkaitan dengan unsur sumber daya teknologi. Hal yang paling penting sebagai upaya untuk pengembangan pembangunan pertanian adalah akses terhadap teknologi yaitu melalui jaringan global (internet).
Pengembangan infrastruktur secara fisik sangat dibutuhkan untuk menunjang terbangunnya jaringan informasi pertanian. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan harus berorientasi pada kebutuhan inovasi teknologi dan pasar global. Pengembangan hardware dan software yang memadai ditunjang dengan penggunaan broad band untuk memudahkan akses ke internet dengan kecepatan tinggi perlu disiapkan. Pengembangan infrastruktur secara fisik perlu dibarengi dengan sistem total quality management, dimana setiap komponen yang terkait dengan jaringan informasi harus mengikuti standar-standar yang berlaku dan dilakukan evaluasi pada saat-saat tertentu.
Pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan sumber daya manusia yang telah dimiliki oleh daerah merupakan salah satu upaya untuk menghadapi tantangan belum optimalnya kualitas sumberdaya yang dimiliki daerah saat ini. Dalam era teknologi informasi ini, kegiatan pendidikan dan pelatihan harus diarahkan pada iklim yang kondusif untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengembangan sumber informasi pertanian berbasis web. Sumber daya manusia di bidang informatika, manajemen informasi, dan teknologi informasi perlu diperkuat. Dengan demikian unit pelayanan informasi pertanian yang akan dikembangkan benar-benar dapat membantu petani dalam akses informasi pertanian yang meliputi informasi pasar komoditi pertanian serta informasi teknologi pertanian.
Oleh karena itu, solusi yang bisa ditawarkan adalah membangun sistem informasi petani (SIP) dengan muatan lokal, sehingga dalam hal ini diperlukan peran-serta petani sendiri untuk memberikan pengalaman pertaniannya. Sebenarnya cukup dengan 3 menu utama yaitu Informasi Umum, Produk/komoditi, dan Pasar. Informasi umum bisa berisi tentang lokasi (desa,kecamatan,kab), penduduk, kelompok tani, potensi pertanian di daerah itu, peta lokasi dsb). Produk pertanian jumlahnya banyak dimana masing-masing produk mempunyai petunjuk teknis, permodalan/cash flow, mungkin ada sukses story. Semua informasi produk ini juga harus punya struktur yang rapi, misalnya setiap produk/komoditi cukup dengan petunjuk teknis pertanian dengan tahapan yang jelas, termasuk biaya yang dibutuhkan dan prakiraan hasil panen. Informasi pasar, juga bisa diupdate dengan cara pengiriman SMS.
Akan lebih baik dibangun sebuah SIP Center yang akan mengumpulkan SIP-SIP lokal, dimana SIP Center ini menjadi pusat data/website yang bisa diakses oleh semua user yang terhubung Internet (tidak hanya petani, tidak hanya user di suatu lokasi). Termasuk data harga pasaran produk/komoditi di pasar-pasar terdekat yang dikirimkan via SMS. Akhirnya dengan SIP Center ini kemungkinan besar akan bisa mendatangkan sendiri investor-investor pertanian yang bisa mengembangkan produk disuatu lokasi. Inilah nilai tambah yang harus ditanamkan kepada petani (yang memperkaya konten lokal website SIP), bahwa usaha mereka tidak sia-sia, makin lengkap maka makin banyak user yang melihat potensi mereka.
Sumber :
http://andi.stk31.com/sistem-informasi-petani-sebuah-ide.html
http://akangopick.blogspot.com/2009/01/potret-globalisasi-dunia-penyuluhan.html
1 komentar:
Keren banget Jasa Pembuatan Online Shop dan Jasa Pembuatan Website Online Shop - serta Jasa Pembuatan Website Murah - Jasa Pembuatan Website Toko Online - Grosir Jilbab Murah serta Jilbab Instan Terbaru juga Jasa Pembuatan Toko Online
Posting Komentar