PERBEDAAN BUDIDAYA PADI KONVENSIONAL DENGAN METODE SRI


PENGOLAHAN LAHAN

Pengolahan lahan untuk pertanian konvensional dan pertanian dengan metode SRI hampir sama dimana dengan menggunakan tenaga manusia, hewan atau traktor dengan urutan tanah dibajak, digaru dan diratakan. Perbedaanya yaitu, pada metode SRI saat digaru disebari dengan menggunakan pupuk organik.

BENIH
Pada pertanian konvensional tidak ada teknik khusus untuk menyeleksi benih. Benih hanya direndam di dalam air selama 1 hari 1 malam, selanjutnya benih diperam selama 2 hari 2 malam, dan benih siap untuk disemaikan. 
Pada metode SRI ada teknik khusus yaitu benih diseleksi dengan menggunakan larutan garam. Dimana, air dimasukkan kedalam toples dan masukkan sebuah telur, kemudian masukkan garam perlahan-lahan dan aduk hingga telur mengapung (sebagai penanda larutan siap digunakan). Kemudian masukkan benih yang akan ditanam ke dalam larutan garam tersebut. Benih yang tenggelam adalah benih yang kualitasnya baik. Benih yang baik diambil, disisihkan dan dibersihkan dengan air hingga larutan garam tidak menempel. Selanjutnya benih diperam selama 1 hari 1 malam (tidak lebih) dan benih siap untuk dsemaikan.


PERSEMAIAN
Pada pertanian konvensional persemaian dilakukan langsung di lahan sawah dengan kebutuhan benih yang banyak yaitu antara 35-45 kg/ha.
Pada metode SRI persemaian bisa dilakukan dengan menggunakan wadah dengan kebutuhan benih yang sedikit yaitu antara 5-10 kg/ha.

SEBELUM BIBIT DITANAM
Pada pertanian konvensional bibit yang siap ditanam dicabut dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar dan sebagian daun dipotong dan dibagi perikatan untuk ditanam. Bibit juga harus diistirahatkan selama 1 jam hingga 1 hari sebelum ditanam.
Pada metode SRI bibit diangkat (tidak dicabut) bersama tanah yang melekat pada akar  dan langsung ditanam di sawah (kurang dari 30 menit).

PENANAMAN
Pada pertanian konvensional umur bibit yang siap ditanam adalah 18-25 hari setelah semai. Satu lubang tanam berisi 5-8 bibit tanaman. Bibit ditanam dengan kedalaman 5 cm (lebih).
Pada metode SRI mur bibit yang siap ditanam adalah 7-12 hari setelah semai. Satu lubang tanam berisi 1 bibit tanaman. Bibit ditanam dengan kedalaman 2-3 cm dengan bentuk perakaran horizontal berbentuk huruf L.

PENGAIRAN
Pada pertanian konvensional Lahan digenangi air sampai  setinggi 5-7 cm di atas  permukaan tanah secara  terus menerus.
Pada metode SRI menggunakan pola pengairan intermitten/pola pengairan terputus (sawah tidak terus menerus digenangi air). Ada sistem drainase yang baik di tiap petak-petak sawah. Ketika padi mencapai umur 1-8 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di lahan adalah “macakmacak”. Sesudah padi mencapai umur 9-10 HST  air kembali digenangkan dengan ketinggian 2-3 cm selama 1 malam saja. Ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap pertama. Setelah selesai disiangi, sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai umur 18 HST. Pada umur 19-20 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap kedua.  Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1-2 cm dan kondisi ini dipertahankan sampai padi “masak susu” (± 15-20 hari sebelum panen). Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen tiba. 

PEMUPUKAN
Pada pertanian konvensional menggunakan pupuk Urea, TSP, dan KCl.
Pada metode SRI menggunakan pupuk kandang/bokashi yang diberi tambahan pupuk organik cair yang mengandung mikroorganisme lokal.

PENYIANGAN
Pada pertanian konvensional hanya bertujuan membuang gulma dan dengan menggunakan herbisida
Pada metode SRI selain bertujuan membersihkan gulma, teknik membenamkan gulma yang tercabut ke dalam tanah juga bertujuan memperbaiki struktur tanah dan dilakukan menggunakan tenaga manusia dan alat bantu “susruk”.

PENGENDALIAN HAMA
Pada pertanian konvensional menggunakan pestisida kimia.
Pada metode SRI menggunakan pestisida organik.

sumber :

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: